Pemerintah Aceh dibawah kepemimpinan dr H Zaini Abdullah dan H Muzakir Manaf, menyambut baik dan mendukung sepenuhnya pengembangan industri kedirgantaraan yang saat ini terus dikembangkan oleh PT Dirgantara Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh Raudhi, selaku Kepala Biro Ekonomi Setda Aceh, saat membuka forum diskusi Membangun Penerbangan di Aceh, yang diselenggarakan bersama antara Kementerian Perindustrian dan Pemerintah Aceh, di Ruang Potensi Daerah Setda Aceh, (Selasa, 15/3/2016).
“Kami menyambut baik pertemuan ini. Semoga kedepan Pemerintah Daerah di Aceh Pemerintah Aceh dapat bekerjasama untuk mengembangkan produksi pesawat nasional yang tujuan akhirnya adalah menerobos jalur transportasi di daerah.”
Raudhi juga menyarankan agar pihak Kementerian Perindustrian dan PT DI dapat menggelar pertemuan lanjutan dengan Pemerintah kabupaten/kota di Aceh untuk mensosialisasikan program kedirgantaraan nasional ini.
“Saya kira pertemuan hari ini merupakan tahap awal. Pemerintah Aceh siap memfasilitasi pertemuan selanjutnya untuk mensosialisasikan dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka mendukung industri kedirgantaraan nasional,” tambah Raudhi.
Pengembangan industri kedirgantaraan, lanjut Raudhi, dapat berpengaruh pada banyak aspek, diantaranya aspek ekonomi, yaitu pengembangan kepariwisataan dan pemasaran produk-produk ekonomi unggulan sejumlah daerah.
Pengembangan Industri Dirgantara Berpengaruh pada Aspek Ekonomi
Sementara itu, Hasbi Assiddiq, Sekjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronik Kementerian Perindustrian menuturkan, pengembangan Industri Kedirgantaraan di suatu negara akan membawa aspek ekonomi yang besar bagi Industri Nasionalnya.
Pengembangan industri kedirgantaraan dilakukan dengan mengintegrasikan secara sinergi semua potensi pengembangan industri yaitu industri inti (core industry), industri bahan baku/komponen pesawat terbang, industri mesin/peralatan, asosiasi industri, lembaga litbang, instansi pendidikan, serta balai-balai industri.
“Saat ini, Pemerintah bersama PT Dirgantara Indonesia, sedang mengembangkan pesawat berkapasitas 19 penumpang, yang dikenal dengan pesawat N-219,” terang Hasbi.
Hasbi menjelaskan, program pengembangan pesawat N-219, diarahkan untuk memenuhi kebutuhan nasional akan moda transportasi udara yang dapat menghubungkan wilayah-wilayah terpencil dan perbatasan, serta wilayah-wilayah di sekitar pusat pertumbuhan/kota.
Keterhubungan dan keterkaitan antar wilayah tersebut menjadi fokus konektivitas Nasional, dalam rangka mengatasi ketimpangan ekonomi antar daerah guna mendukung keterhubungan antar wilayah di Indonesia.
“Pada saat awal pemasaran, pesawat N219 ditargetkan akan memiliki TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri-red) sebesar 40 persen, dan akan terus ditingkatkan hingga mencapai 60 persen di tahun 2019. Target local content pada pesawat N-219 tersebut, diharapkan dapat menstimulasi pengembangan Industri Komponen Pendukung Kedirgantaraan,” sambung Hasbi.
Hasbi menjelaskan, semakin berkembangnya bisnis penerbangan di tanah air dan meningkatnya jumlah armada pesawat yang dimiliki maskapai nasional tentu saja membuka peluang bagi industri komponen pesawat terbang untuk memasok peralatan pendukung (tools & equipment) yang dipergunakan dalam perawatan dan perbaikan pesawat.
PT RAI Ikut Kembangkan Industri Kedirgantaraan Nasional
Dalam pemaparannya, Hasbi juga menjelaskan, bahwa dalam mengembangkan industri pesawat udara, selain PT Dirgantara Indonesia, PT Regio Aviasi Industri (RAI) juga turut berpartisipasi.
Perusahaan yang dirintis dan didirikan oleh Mantan Presiden Republik Indonesia ke-3, BJ Habibie pada tahun 2012 itu, berkomitmen untuk mengembalikan kejayaan dan kemampuan teknologi Indonesia dalam bidang pesawat udara.
Sebagaimana diketahui, Indonesia telah mampu membuat pesawat N250 yang terbang perdana pada tanggal 10 Agustus 1995. Kehadiran pesawat ini merupakan kado ulang tahun emas Indonesia pada hari kemerdekaan yang ke 50.
“Prototipe pesawat N250 pernah terbang menuju Le Bourget Perancis untuk mengikuti Paris Air Show. Hal ini membuktikan bahwa SDM bangsa ini memiliki kompetensi dalam pengembangan pesawat udara. Cita-cita inilah yang ingin raih oleh PT RAI dengan program pengembangan Pesawat R80,” ujar Hasbi
“”Semoga kegiatan ini, memberikan sumbangsih bagi pengembangan Industri Kedirgantaraan Nasional, khususnya bagi pembangunan pesawat N219 dan pesawat R80, demi meraih cita-cita bersama mewujudkan kemandirian industri kedirgantaraan nasional,” pungkas Hasbi.
Sekilas Tentang N-219 dan R-80 Untuk diketahui bersama, Pesawat N219 direncanakan akan mengudara pada bulan Agustus 2016 ini. Pesawat berkapasitas 19 penumpang ini akan mampu mengudara hingga sejauh 480 nm atau 890 km.
Untuk mengudara dan mendarat pesawat ini hanya membutuhkan landasan sepanjang 520 meter. Mengingat seluruh bandar udara di Aceh memiliki landasan yang cukup panjang bagi pesawat turboprop, maka pesawat N219 dipastikan dapat mendarat dan tinggal landas di semua bandar udara di Aceh dengan beban maksimum.
Jika dibandingkan dengan maskapai yang selama ini melayani penerbangan perintis di Aceh seperti Susi Air yang hanya berkapasitas 12 penumpang dan bermesin tunggal, maka N-219 sangat ideal. Selain berkapasitas 19 penumpang, pesawat ini juga dibekali mesin ganda PT6A-42 Turboprop berkekuatan 850 tenaga kuda.
Sementara itu pesawat R-80 Turboprop, buatan PT RAI nantinya akan berkapasitas 80 hingga 92 penumpang. Dengan rancang bangun yang efisien, mudah dan murah perawatan serta didukung oleh fitur modern dan unggul, jika dibandingkan dengan ATR 72 dan Dash8-Q400, maka R-80 merupakan pesawat dengan biaya operasional terendah di kelasnya.
sumber: acehprov.go.id
0 Response to "PEMERINTAH ACEH DUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI KEDIRGANTARAAN NASIONAL"
Post a Comment