SEJARAH ACEH PUNGO MASIH MEMBEKAS


Perang Aceh melawan belanda meletus dengan dahsyatnya pada tahun 1873, banyak korban yang tewas di pihak Belanda serta keputusasan karena perang yang tidak juga berakhir membuat Belanda melaksanakan strategi baru dengan membentuk pasukan Marsose.

Menurut budayawan Aceh Barat Isnu Kembara ”tindakan pasukan Marsose yang kejam terhadap rakyat Aceh, membuat perlawanan rakyat tidak lagi berkelompok tapi menghadapi pasukan militer Belanda secara per seorangan dengan cara membunuh secara spontan. Kapan saja dan di mana saja jika bertemu dengan orang Belanda, orang Aceh pada jaman itu langsung membunuh tanpa rasa takut akan di bunuh kembali oleh pihak Belanda.

Semangat Hikayat Prang Sabi dalam Poh Kaphe membuat rakyat Aceh berlomba-lomba untuk melawan Belanda dengan harapan akan mati Syahid atau pahala Syahid, dan tindakan inilah yang membuat pihak Belanda tidak habis pikir dengan tindakan dan perilaku orang Aceh yang di anggap gila.

Lalu istilah Atjeh Moorden atau Aceh Pungo begitu populer di kalangan militer Belanda sehingga rasa khawatir mulai menimpa para pejabat militer Belanda jika ditugaskan ke Aceh.

Padahal Belanda berharap dengan dibentuknya pasukan Marsose akan membuat perlawanan rakyat Aceh semakin pudar lalu menyerah, tapi malah sebaliknya. Rakyat Aceh semakin nekat menyerang barak militer, konvoi pasukan Marsose bahkan memasuki kediaman pejabat militer hanya dengan bermodal rencong dan parang yang diselipkan di pinggang dan itu hanya dilakukan oleh seorang rakyat Aceh biasa dan sebagian bukan berasal dari pejuang.

Akhirnya kerajaan Belanda mengutus Dr. RH Kern penasehat pemerintah urusan kebumiputeraan untuk meneliti perilaku orang Aceh sehari-hari apakah benar- benar gila. Dari hasil penelitian yang di lakukan berbulan-bulan ternyata kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa sifat membunuh orang Aceh yang khas tersebut di lakukan oleh orang yang tidak terganggu jiwanya alias orang waras. Lalu apa yang melatarbelakangi sehingga tindakan membunuh tersebut membuat takut Belanda...??? Jawabannya adalah rasa dendam yang membara di hati orang Aceh dengan berpegang prinsip ”Tung Bila" harus di lakukan.

Inilah salah satu kisah mengapa Belanda menyebut Aceh Moorden atau Aceh Pungo kepada rakyat Aceh pada jaman dahulu dan istilah tersebut sangat populer di kehidupan sehari-hari orang Aceh. Merasa bangga di sebut Aceh Pungo namun marah besar jika di sebut Aceh Gila.! Padahal arti sama hanya makna yang berbeda.


PENULIS : Lola Afira

0 Response to "SEJARAH ACEH PUNGO MASIH MEMBEKAS"

Post a Comment