METAMORFOSIS KUPIAH MEUKUTOP - KUPIAH TUNGKOP

Kupiah Meukutop, namanya berkibar di Meulaboh, Aceh Barat. Ia diindentikkan dengan pakaian khas pahlawan Aceh dari sana, Teuku Umar. Tapi menurut para pengrajinnya, kopiah ini berasal dari Kabupaten Pidie.

Bukan masalah klaim daerah. Menurut Fatmawati (55), Ketua kelompok pengrajin Tungkop Indah, ia sudah diwarisi keterampilan membuat kopiah yang kini aksesoris wajib pengantin pria Aceh itu semenjak kecil oleh orangtuanya.

Kupiah meukutop dipasarkan ke toko-toko souvenir se-Aceh selain diorder oleh pemerintah provinsi dan daerah untuk acara tertentu
Harga satu kupiah meukutop berkisaran antara Rp200 ribu-Rp400 ribu
Perempuan tua-muda berkumpul untuk melestarikan adat dan budaya Aceh ini
Menurutnya, Kupiah Meukutop sejatinya bernama Kupiah Tungkop, sesuai dengan daerah lahirnya, Gampong Rawa Tungkop, Kemukiman Garot-Tungkop, Kecamatan Indrajaya, Pidie. Sebuah kelaziman di Aceh tempo dulu, nama produk hasil kerajinan tangan masyarakatnya diberikan berdasarkan nama daerah asal pembuatannya.

Fatmawati bersama 50 anggotanya terus merajut warisan orang tua mereka. Dikisahkan pembuatan Kupiah Tungkop ini sudah ada sejak masa Kerajaan Aceh Darusalam - di kolong rumah panggung berkonstruksi kayu, Rumoh Aceh. Kerajinan itu menghiasi hari-hari mereka bila tidak sedang musim padi yang hanya sekali dalam setahun, dengan mengajari generasi muda setempat.

Diterbitkan di Tabloid Pikiran Merdeka Edisi 114, 7-13 Maret 2016


sumber :oviyandi

0 Response to "METAMORFOSIS KUPIAH MEUKUTOP - KUPIAH TUNGKOP"

Post a Comment